Pages

Jumat, 07 Mei 2021

Ayat-Ayat Yang Tidak Tertulis

 Salam...

Finally setelah 2 tahun akhirnya sempat buka blog ini lagi. Blog pertama yang seperti judulnya Little House, seperti layaknya rumah, sejauh apapun pergi pasti akan kembali, semalas apapun nulis akhirnya kembali nulis di blog ini. 😁

Setelah 2 tahun tidak menulis, begitu banyak cerita hidup yang terlewati yang hanya tersimpan dalam memori otak kecil dan membentuk sebagai kenangan hidup.

Namanya kehidupan pasang surut pasti harus di lalui, suka ataupun tidak tetap akan di lalui. Kata suhu spiritual saya (actually adalah teman kakak namun menurut saya ilmu tentang agama dan kehidupan cukup memberi saya banyak hal pembelajaran tentang hidup), bahwa di kehidupan ini ada ayat-ayat yang tertulis dalam hal ini adalah pedoman kita yaitu Al-Qur'an dan ayat-ayat yang tidak tertulis yang merupakan kejadian yang kita lalui.

Salah satu ayat-ayat tidak tertulis yang saya lalui hingga saat ini adalah bertemu kembali dengan seorang yang pernah saya kenal 19 tahun lalu.

Pertemuan yang awalnya saya tidak mengerti mengapa tiba-tiba teringat akan dia dan iseng mencari namanya di media sosial, keisengan yang membawa saya bisa kembali bertemu dengannya setelah 19 tahun berlalu hingga saya menuliskan di blog ini.

Pertemuan-pertemuan yang akhirnya banyak merubah diri saya secara pribadi, walau pun dibalik pertemuan-pertemuan itu banyak hal yang harus di lalui, termasuk emosi saya, dan adanya penolakan oleh beberapa orang tentang pertemuan-pertemuan saya dan dirinya, namun hal itu tidak membuat diri saya lari seperti biasa lari dari kenyataan, walau saya akui terkadang saya ingin kembali lari dari jalan yang harus saya lalui itu ketika diri merasakan tekanan dari segelintir orang yang tidak menyukai pertemuan saya dan dirinya.

Pertemuan-pertemuan dengannya atau pun dengan yang lain, saya menyebutnya ayat-ayat tidak tertulis.

Cukup dulu...nanti lah lanjut ☺


Kamis, 26 Juli 2018

Ketika Bunda Khadijah Merasakan Perasaanku




Refresh dulu setelah hilang beberapa bulan dari namanya menulis blog. Hanya menuangkan pemikiran dan perasaan saat ini tsah hehehe.

Beberapa menit yang lalu, saya mengunjungi media sosial paling hit di dunia, yes "Facebook" apa lagi hehehe.

Di salah satu menu Facebook ada yang namanya kenangan...segala kenangan masa lampau ditampilkan, mulai dari yang  alay sampai yang tampak tegar padahal hancur lebur, apa sih...haha.

Salah satu kenangan itu saya kutip dari salah satu novel best seller dunia. Berikut kutipannya

"sungguh senang sekali hatiku telah Engkau perkenankan memasuki rumah-Mu. Betapa berarti sekali pintu ini bagiku. Aku memohon kepada-Mu agar Engkau tidak akan pernah menutup pintu ini untukku. Sungguh, seandainya akan tertutup, hal itu hanya akan mungkin terjadi dengan kekuatan-Mu. Namun, janganlah Engkau berkenan menutupnya bagiku, bagi semua umat manusia. Pintu yang akan membuat hati mereka bermekaran cinta-Mu sehingga mereka tidak akan saling bermusuhan  satu sama lain dan akan memberikan persembahan yang terbaik untuk-Mu. Seandainya cinta di dunia ini sudah tiada sama sekali, janganlah Engkau biarkan pintu ini tertutup. Meski hamparan Padang pasir tidak lagi tersisa bulir pasirnya, atau perjalanan panjang sudah tidak ada lagi menyisakan tujuan, atau hamparan samudera mengering airnya, janganlah Engkau berkenan menutup pintu-Mu ini. Aku tahu, rumah-Mu ini ibarat setetes air dari hamparan samudera dan lautan abadinya rahmat-Mu. Aku tahu, pintu ini seperti embusan napas cinta yang membuat manusia terbuai, syahdu dalam penghambaan kepada-Mu. Dan kini, aku kembali bersimpuh, menghamba di hadapan-Mu, ya Rabb! Sungguh, berkenan lah Engkau mengampuni kesalahan-kesalahanku, berkenan lah Engkau menyelimuti, melindungi, dan mencintai hamba-Mu ini. Sungguh, diri ini sangat butuh perlindungan, cinta, dan belas kasih-Mu, serindu diriku untuk selalu mendekatkan diri dalam pertobatan kepada-Mu. Duhai Allah, aku panjatkan pengaduan ini kepada-Mu. Aku memohon dengarlah isi hatiku. Tunjukkanlah jalan hidup ini ke arah yang menuju kepada-Mu. Limpahkanlah kebaikan dan keindahan, baik di dunia ini maupun di alam setelah kehidupan.

-Khadijah "ketika rahasia Mim tersikap"-

Actually, sedikit mempengaruhi pemikiran saya yang sangat sederhana ini, bahwa sesungguhnya hidup tidak hanya saya, kamu, dia dan mereka, tapi ada sang Maha yang selalu ada untuk saya, kamu, dia dan mereka yang terkadang diliputi nafsu dunia. Seakan penulis novel ini merasakan perasaan bunda Khadijah dan perasaan ku saat ini. 😁

-neng ina-

Jumat, 06 Oktober 2017

Karena AgamaMu yang membuatku jatuh cinta padamu part 3

assalamu alaikum

Alhamdulillah Ina back yeaaaaaa (apa coba..heboh sendiri di blog sendiri)...boleh dink iya donk hehehe...

Setelah menyelesaikan tulisan part 2 tentang perjalanan Around in the word saya (perjalanan kali pertama menginjak pusat bumi di Haramain), maka lanjut ke part 3 dari perjalanan saya yang penuh amazing (menurut saya loh ya).

Sebelumnya, saya awalnya pengen nyimpan sendiri cerita ini dalam memori saya sendiri, dalam otak kecil saya, dalam perasaan yang terdalam saya, tapi banyak teman dan sahabat serta keluarga, bertanya, apa yang kamu rasakan saat di sana, kejadian apa yang kamu alami? karena tidak semua bisa saya ceritakan dalam waktu singkat dengan perjalanan 10 hari itu, maka saya memutuskan menulis di blog pribadi saya ini, sekedar buat pengingat suatu waktu jika masa tua nanti, saya bisa memperlihatkan ke anak-anak saya kelak (semoga segera dipertemukan calon bapaknya heheh) "ini loh kisah mama waktu ke tanah Haramain" dan semoga Allah mengizinkan kembali ke Haramain lagi. Aaamiiin ya Rabbal Alamin.

okay mari kita kembali berjalan ke beberapa bulan yang lalu, 3 bulan yang lalu (masuk mesin waktu Doraemon, flasback ya)

Cerita sebelumnya di Part 2 tentang hari-hari saya di Madinah, kota Rasulullah SAW yang begitu indah, saking indahnya saya tak bisa menggambarkan dengan kata-kata (bukan lebay ya, karena ya memang saya spechless pake banget, saya yang terkenal ceriwis dan paling heboh, senang ngebanyol dikalangan sahabat dan teman2, keluarga menjadi sangat pendiam saat di sana, balik Indonesia, ceriwisnya balik...tapi ceriwisnya baik kok, bukan buat mencela atau mau nyaktin orang...that's all).

okay kita balik ke 3 bulan lalu tepatnya

20 Mei 2017 (23 Sya'ban 1438 H)

Hari terakhir di Madinah....

Setelah saya menelpon kakak yang masih di kamar untuk turun ikut Manasik di Resto, sesuai petunjuk pak Ustaz yang duh Ya Allah gemes banget saking susahnya liat dia tersenyum (hahaha), wajah everyday siyus zooong!!!. Akhirnya mengikuti Manasik tentang tata cara Ibadah Umroh nanti ketika ke Mekkah besok. Dengan penuh seksama saya memperhatikan para Mutawwif-Mutawwif itu membeikan petunjuk-petunjuk yang wajib di lakukan dan haram di lakukan saat pelaksanaan umroh, dan sebagainya. But, wait...kok Ustaz kelompok kami yang selalu berwajah serius ndak ada di depan ya? ikh musti mangkir deh, mojok kalee ngilang ntah di dunia mana dia berada...atau jangan2 molor hahahha (upss, atagfirullah), pas menoleh ke belakang, oooh dia di belakang dekat kakak, jadi pengawas dia di pintu, mungkin ngawasin jemaah bandel yang mau kabur dari forum....mmmhhh pas sih soalnya wajahnya serius, orang musti segan hahaha (apa sih...soalnya gemes kalo liat orang susah banget senyum...padahal kalo saja dia senyum manis loh apalagi kulitnya rada hitam karena kelamaan berjemur di padang pasir...astagfirullah saya ini kenapa) balik serius dengar para Ustaz di depan.

Selesai manasik, akhirnya pada bubar....yeaah bubar jalan alias bubar pada mau belanja musti hahaha....ke kamar saja deh mumpung lift lowong, secara kamar lantai paling atas, lift cm ada 3 dengan kapasitas 10 orang dengan berat maksimal 50 kg, jemaah yang di hotel sekitar 500 jemaah...mmmhhh tidak maksimal tapi sudahlah, itu urusan travel dan hotel, kan ada tangga darurat kalo memang kebelet balik kamar. Tiba di kamar, packing-packing belanjaan yang sudah di beli, tiba-tiba kakak bilang, "itu semua buat di rumah sudah lengkap?", saya melihat list, "sudah sih kalo tante-tante dan ipar-ipar, kakak-kakak dan kakak-kakak sepupu" (keliarga besar haha), "eeeh ponakan-ponakan belum nih yang cilik-cilik, yang udah gede ndak usah sudah bisa beli sendiri". Maka jadilah saya pergi jajan lagi depan hotel dan ternyata baru tahu kalo itu adalah Mall (hahaha katro). Karena uang di dompet sudah mulai ludes, maka alternatif lain, narik di ATM di Mall tersebut, hiks luamyan potongan sekali narik 25reboooo....jadi sekedar info nih, kalo mau narik di ATM sana, sebelumnya cek lah harga-harga barang yang di incar, hitung, tarik seperlunya, walau kenyataan terkadang ada aja barang yang tidak masuk list ke beli, tapi setidaknya menghemat lah buat narik berkali-kali di ATM. Dan satu, jangan membawa banyak uang cash, selain uang buat sedekah, kurangin belanja ding, bukan pelit, tapi kasihan kopernya beranak terus, lah yang angkut pas di bandara siapa, iye kalo sekeluarga pergi semua, lah kalo kayak saya kemarin cuman berempat dan perempuan semua dengan nota 2 orang ini fisiknya (dalam artian kekuatan) mereka tidak sama dengan saya yang masih muda, kuat dan manis (eeh). Intinya ke sana kan buat ibadah, jadi fokus ibadah, belanja boleh saja, asal seperlunya, kan Rasulullah melarang kita berlebihan, ada hadist ya kalee ya (ntar nanya sama ustaz hehe).

Setelah belanja seperlunya dan semampu keuangan saya dan kekuatan tubuh saja buat benahi semua barang-barang bawaan ini nanti (just info, kali pertama pergi dan terbang pake koper besar loh, ya kan ini Ibadah, baju-baju juga harus selalu bersih karena kita akan bertamu ke Rumah Allah, walau biasanya travelling hanya bawa ransel dan tas, sudah simple saja, walau perginya juga semingguan, ya numpang nyuci di rumah teman di tiap kota yang di singgahi hehehe, kalo di Haramain kita fokus ibadah, nyuci yes pasti di hotel kalo sempat, kalo tidak ya ada cadangan banyak di bawa hahaha), akhirnya saya balik ke hotel buat lanjut packing hingga waktu memasuki sholat dhuzur, maka kami pun ke Mesjid Nabawi buat sholat.

Setelah sholat dhuzur kembali ke hotel buat makan siang, yah kembali telat datang makanan dapat yang tersisa saja, sudahlah bukan hal penting yang musti saya besar-besarkan, toh yang telat datang ambil kan saya sendiri, tapi saya hanya menyayangkan saja, para jemaah terkadang mengambil makanan berlebihan namun alhasil tidak pula di habiskan, kasihan makanannya, kasihan yang harusnya dapat jatah seimbang jadinya dapat jatah sedikit (kayak saya ya hahahah), pokoknya sudah dapat nasi saja syukur, toh bawa makanan (sambel tempe heheh) dari rumah buat jaga-jaga keadaan seperti ini dan menjaga perut saya yang kadang sering minta ngemil tengah malam hahaha.

Setelah makan dan istirahat sejenak, saya mengusulkan buat kembali ke Mesjid Nabawi sebelum waktu Ashar dan menunggu magrib dan isya di sana saja, bawa bekal saja kataku. Semua mengiyakan, karena ini adalah malam terakhir kami di Madinah sebelum ke Mekkah besok pagi.

Saat semua sudah siap ke Mesjid Nabawi, tetiba perut saya mules, duh napa nih, kalo di bilang mau dapat jadwal haid, kan 3 hari sebelum berangkat saya sudah dapat, Ya Allah please kalau ada dosa yang saya perbuat mohon hukumannya yang lain saja, ujiannya boleh yang lain, tepatkan lah waktu "haid" ku, saya ingin menyelesaikan ibadah umroh ini, Batinku. Akhirnya saya meminta kakak-kakak untuk pergi duluan karena saya ingin melaksanakan hajatan lain, masuk toilet (hehhe). Alhamdulillah, cuma mules biasa, mungkin kebanyakan makan sambel tadi, makanya mules.

Oh iya, ini hanya mau mengungkapkan pertanyaan yang sampai saat nulis ini pun masih belum dapat jawabnya. Jadi di toilet di Hotel dan Mesjid Nabawi (pernah kebelet BAK jadi kebur ke sana) jamban nya tuh  beda dengan jamban-jamban yang pernah saya liat termasuk beda dengan jamban di rumah heheh, bahannya terbuat kayak dari Stainless atau besi pokoknya kayak gitu lah, bentuknya ya sama toilet jongkok, namun yang menjadi pertanyaan sampai sekarang, jamban kan biasanya ada genangan air tuh di lobangnya, nah ini kagak ada, hanya seperti lobang kecil kosong tanpa genangan air, jadi seakan BAB dan BAK kita tuh jatuh...plong macam jatuhin benda ke kedalaman bumi. Awal liat penasaran sampai hampir setengah jam di toilet hanya buat berfikir BAB jatuhnya kemana hahahaha 😝.

Setelah melaksanakan ritual di toilet (BAB), saya pun menyusul kakak-kakak ke mesjid Nabawi, sesampainya di sana, okay fine saya tidak menemukan tempat kakak berada, sudahlah pikirku, setidaknya dia tidak sendiri, kalo saya sendiri sudah biasa, tidak dengan kakak saya ini, dia memang ada sakit yang perlu harus terus terawasi, dia di diagnosa jantung koroner, dia tak bisa capek, so saya ada tugas dari bapak harus jaga kakak selama di Haramain, saya pun menelpon dia dengan roaming karena dia bukan lah penggemar android sejati seperti adeknya ini hahah. Kata sepakat setelah Ashar ketemu dia di depan mesjid. Akhirnya saya pun mengambil tempat di dekat lemari tempat Al-Qur'an di simpan, memang itu adalah tempat favorit saya, ntah itu hidayah atau apa, seakan saya berada di perpustakaan dengan banyak koleksi Al-qur'an, walau jujur sebelum ke tanah Haramin, saya (menurut versi saya sendiri ya, ntah versi orang saya tidak peduli karena pribadi saya yang tahu) adalah orang paling malas membaca qur'an (baca seperlunya saja), sholat bolong-bolong (kalo lagi tidak asyiik tenggelam dalam kerjaan) dan sebagainya, bukan lah wanita muslim sejati walau sudah menggunakan hijab sejak 2006, pakai hijab juga seadanya, masih jauh dari kata syar'i.

Sebelum memasuki, waktu Solat Ashar, waktu itu masih sekitar pukul 2 siang waktu sana, saya membaca Al-qur'an buat menanti waktu, di samping saya semua adalah orang-orang timur tengah (saya yang body nya paling kecil, dianggap anak kecil malah hahah). Tetiba, datang seorang wanita muda, usia sekitar 25an lah, berbaju biru langit berhijab hitam, wajahnya ya tentu saja berwajah Arab, maunya sih kayak saya manis (eeh haha), duduk membelakangi lemari Al-Qur'an, dan mengambil salah satu Al-Qur'an,  beberapa orang-orang di samping saya mendekatkan diri kepadanya, penasaran donk, ikut aah 😅. Dengan bahasa Arab yang fasih (ya ialah secara dia orang Arab), dia sepertinya meminta semua yang mendekat membuka Al-Qur'an yang kami pegang, mmhhh ini mau belajar ngaji ya, batinku. Dibukalah Surat Pertama Al-Fatihah, dimulai dari salah seorang ibu, wait, wajah ibu ini terlihat familiar, mmmhhh orang Indonesia ternyata, dilihat dari nametag eeh sama kayak punya saya, cm mungkin beda kelompok. Ibu itu pun mulai membaca, sesekali terdengar agak aneh tajwidnya (iya tajwidku juga ndak benar-benar amat sih, tapi masih ngertilah dikit kalo salah heheh), tanpa sadar saya mengkoreksinya (haduh), akhirnya Wanita berbaju biru itu, mengacungkan jempol sambil tersenyum manis, eeh apa ini *&^%&*( bingung hahaha, setelah ibu itu selesai, bergilir lah sampai akhirnya kena giliran saya (nyahooo loe Na, kena Loe, awas loe salah, batinku), dengan malu-malu kucing saya pun membaca surat Al-Fatihah, Alhamdulillah koreksian cuma satu pas akhiran "mim" saya nyebut "nun" hehehe, berlanjut sampai akhirnya azan Ashar berkumandang. Sebelum bubar, ibu yang aku koreksi tajwidnya tadi bertanya "Sekolah di pesantren mana Nak?" ....ngiiik pengen tertawa terbahak-bahak atas pertanyaan ibu ini, bukan karena nanya sekolahnya, itu mah sudah sering kalo orang baru liat wajah saya musti masih di kira paling masih SMA atau kuliah, walau kenyataannya harusnya sudah nikah ada anak zooong!!! 😓. "Saya dari SMU biasa saja bu, bukan dari pesantren mana pun" jawabku, ""oh, saya kira kamu dari pesantren, karena bagus tajwidmu" katanya lagi, pengen nyeletuk, duh bu, biar kate ane bukan anak Santri, tapi dari kecil sudah digembleng buat ngaji, ndak mau ngaji sudah cubitan mama di paha bakal terasa, no jajan, no main, pokoknya agama musti nomor satu, lainnya nomor berikutnya, walau saat besar sudah agak bandel sholat bolong-bolong, ngaji seadanya, tapi tetap sering dengar tauziah, dengar via mp3 yang ngaji atau dengar almarhum mama ngaji. Akhirnya sang ibu berbasa-basi pake banget dengan saya.

Setelah Ashr-an sesuai kesepakatan, saya ketemu kakak di depan dan balik ke hotel buat sekedar cuci badan dan bersiap kembali ke Mesjid buat Magrib. Setelah selesai ritual cuci muka di hotel, kami kembali ke Mesjid Nabawi, berempat lengkap (kan kelompok F...F4) hahahah. Setiba di mesjid, tetiba saudara teman kakak yang kena giliran mules (eeh), mereka pun kembali ke hotel. Saya hanya berdua dengan kakak, sampai Magrib selesai. Sambil nunggu Sholat Isya, mencoba mengobrol dengan salah satu nenek dari Turki, pake bahsa tubuh (hoho), mungkin dilihatnya saya kecil, dia memberi saya kue dan kurma yang banyak...wuiiih Alhamdulillah berkah nih, mayan ganjal perut, saya juga cuma bawa kue sedikit dari hotel, saya pun memberi nenek itu biar mencoba rasa kue khas dari rumah, senangnya ketika dia menerima dengan senyuman 😇. Waktu Isya pun selesai, kami berdua pun beranjak kembali ke Hotel dan pamitan sama Nenek Turki menggunakan bahasa tubuh dan memberi salam. Tetiba dari jauh ada kehebohan antara Laskar wanita bercadar dan ibu-ibu yang menyerebot masuk ke area yang tidak memperbolehkan bawa anak. Sekedar info, dalam Mesjid Nabawi di Area wanita terbagi dua tempat, yaitu area yang khusus ibu-ibu dan keluarga yang mebawa anak kecil dan area yang memang steril dari anak kecil. Mungkin agar jemaah fokus beribadah, beda di Indonesia, campur sari wanitanya hehe. Karena kehebohan itu yang mau keluar ke pintu depan di alihkan ke pintu samping. Di Mesjid Nabawi ada sekitar kurang lebih 25 pintu masuk (itu berdasar nomor yang saya liat saja). Akhirnya, semua keluar sesuai petunjuk sang laskar, pas keluar saya yang saat itu tidak memakai kacamata karena accident "keterlupaan" nyimpan di mana jadi bingung arah hotel, kakak yang memang tidak seperti saya yang bisa mengatasi masalah di jalan kalo lagi kesasar, jadi panik, saya pun menenangkannya, meminta melihatkan nomor pintu keluar kami, saya meminta dia mencari seorang polisi, kami pun mendekat, dan dengan bahasa Inggris saya pun bertanya "can you speak English?", polisi itu menjawab "yes", "I'm and my sister lost, My hotel name is....and I don't know where we go to fine Door number 23 (karena itu adalah nomor pintu terdekat ke hotel)", dan dia hanya menjawab menggunakan bahasa tubuh...menunjuk ke arah timur sambil senyum, "okay fine, thank you very much, wassalam", si polisi itu mengangguk menjawab salam. Sambil tetap berjalan dituntun kakak karena saya tidak memakan kaca mata (tidak bisa membaca apa-apa semua kabur), jadi juru baca adalah dia, saya adalah pengingat tempat yang sering saya lewati dan perhatikan setiap berjalan, di tengah jalan tetiba, seorang wanita dengan body indah (versi saya) wajah ya Timur Tengah menahan kami, dan berbicara bahsa Inggris ke kakak, kakak bengong, secara Inggris dia memang parah pake banget hahaha. Wanita itu berkata "Can you help me? I'm stolen, and lost my money", saya pun bertanya "were your family? you came alone?", dia menjawab "no, my family in there, my mom and my sister" menunjuk seorang ibu dan 2 orang anak kecil, "and all my money on the my bag" lanjutnya. Setelah sepakat dengan kakak, saya pun mengeluarkan 100 Riyal yang ada di tas kecil saya, karena memang sisa itu sih hehhe, "I'm Just have this, maybe it can be help you" kataku, dia menerima dan bertanya "you can give me more?", saya berfikir antara mau nolong tapi memang sisa uang riyal di tas sisa itu, saya juga tidak berani mau nolong ambilkan uang di ATM, tetap waspada pikirku. Saya pun menjawab "I don't have anymore, I've Rupiah" kataku, karena jujur merasa kasihan melihat ibunya menanti di sana. "no problem" katanya. Akhirnya, dia pergi dengan mengucap terima kasih dan doa dalam bahsa Arab yang sayang kurang menegrti tapi berbaik sangka saja, itu doa keselamatan dan kebahagiaan dan rezeki karena telah membantu dia. Aaamiiin


21 Mei 2017 (24 Sya'ban 1438 H)


03.30 am waktu Madinah

Kami bersiap buat subuhan hari terakhir di Mesjid Nabawi, ada rasa enggan meninggalkan kota Rasulullah ini, yang begitu damai, tenang, seakan hal yang saya temui adalah sesuatu yang begitu indah, orang-orangnya, bahasanya, bagunannya dan semua yang tidak bisa saya bayangkan sebelumnya.

Setelah menunaikan sholat Subuh, kami pun bergegas kembali ke Hotel, secara harus pake acara ngantri buat mandi wajib sebelum menggunakan pakaian ihram untuk menuju Mekkah untuk pelaksanaan Umroh.

Isya hari terakhir

Pintu masuk dan keluar Nabawi


 07.00 am At Lobi Hotel Andalus, Madinah

kami pun berkumpul menanti para muttawif kami memanggil dan meminta menuju bus, seperti biasa, sang Ustaz kami ini belum nongol, ntah molor atau apa, pokoke liatin Ustaz lain sibuk mondar mandir kayak setrikaan rusak nyari jemaah, kami kelompok F dengan bersikap tenang walau benarnya pada penuh tanda tanya si Ustaz kami kemana sih, sampai ada seorang jemaah semacam bosan selfi sendiri menanti Ustaz yang belum nongol juga. Beberapa menik kemudian, saya melihat bayangan seseorang yang tidak tampak asing bagi saya untuk beberapa hari ini, eeeh ternyata benar, banyangan itu adalah sosok yang sudah dikhawatirin oleh para Jemaah kelompok F (benarnya bukan khawatirin dia sih, paling juga lagi pada mikir, dapat bus ndak ke Mekkah hahahha).

Akhirnya kami pun digiring (mang ternak hahha) buat masuk ke Bus yang telah di sediakan, dan eeng ing eng setelah dalam bus bukannya langsung berangkat namun harus menunggu lagi sang Ustaz yang tiba2 lenyap lagi dari hadapan kami. Ini Ustaz ada ilmu menghilang kayak Harry Potter kalee hehehe, ngilang mulu, batinku sambil bayangin ustaz dengan jubah putih terbang pake sapu dengan wajah serius mencari Jemaahnya 👳😂 (biar ndak terlalu seius ihk bacanya). Ternyata usut punya usut, bus belum berangkat karena ada kunci kamar yang kececer dan yah urusan para muttawwif dah, bukan urusan saya, tidur ah ngantuk, nungguin Ustaz datang mah bikin mata jadi nina bobok zzzzz.

10.00 at Bus

Assalamu alaikum wrwb bla bla bla bla, tetiba saya terbangun oleh suara berat khas terdengar di atas kepala saya, ikh kok saya selalu dapat tempat duduk yang pas sound sistem nya di atas kepala saya, ini tak adil saya kan lagi tidur Ustaz, setengah sadar, ternyata sang Ustaz sudah dalam bus dan menyampaikan sesuatu ntah apa, intinya kenapa kami telat berangkatnya. Dan akhir penyampaian singkatnya, dia pun mulai membimbing kami untuk berdoa sebelum berangkat ke Mekkah. Sepanjang perjalanan dia terus membimbing doa-doa yang ada di buku panduan sih, tapi malas bukanya, mending dengar dia saja, ikuti dalam hati, sambil mata melotot ke arah jendela masih tetap mengangumi segala ciptaanNya, yang jelas di Indonesia saya tidak akan temui.

Setelah beberapa lama, akhirnya dia pun terdiam, semua terdiam, saya pun ikut terdiam (benarnya lanjut tidur sih) hehehe. Tiba-tiba kakak bangunin, "Na, bangun, kita ndak bergerak loh", "mmmhhhh apa?" jawabku setengah sadar, "kita lewati medan magnet loh" kata kakak antusias, "masa sih? yah kelewat deh". Btw tumben suara khas tidak bersuara, mengumumkan kalo lewati ini,  mmmhhh jangan-jangan dia molor di depan 😂😂😂.

Sekitar pukul 12 Siang, kami sampai di Mesjid Bir Ali, Mesjid persinggahan untuk mengambil niat Umroh (untuk niatnya monggo baca buku Umroh atau bisa di googling hehehe). Setelah mengambil niat Umroh, maka kami pun melanjutkan perjalanan, dan akhirnya sampai di Mekkah tepat pukul 4 sore. Alhamdulillah sampai Mekkah juga, dan sekali lagi hati merasa deg-deg-an kayak lagi merindu dengan seseorang yang lama tak jumpa, yah, perasaan yang saya kembali tidak bisa ungkapkan, rasa kagum, rasa penasaran, rasa damai semua menjadi satu dalam satu kata yang mendeskripsikan "BAHAGIA".

Kami pun, masuk hotel tempat kami akan beristirahat, terlihat depan hotel sekitar 200 meter, menjulang indah menara Masjidil Haram. Ya Allah, inilah tanah Haram, tanah yang Engkau pilih untuk meletakkan Ka'bah MU, tempat semua umat muslim bermunajad di depan Ka'bah MU. Kembali Spechless, serasa hati ini ingin segera berlari ke sana, mencium Hajar Aswad, Maqom Ibrahim, Hijir Ismail, melalui Safa dan Marwah. Seakan hati ini merindukan seseorang yang selama ini kujauhi, kutinggalakan karena nafsu Dunia. Plak!!! kakak menepuk pundakku yang mungkin sedari tadi seperti orang bengong saking spechless nya.


Pukul 20.00 

selepas beristirahat dan makan malam serta sholat Magrib dan Isya yang kami lakukan di kamar masing-masing, kami pun kembali berkumpul di lobi, bersiap untuk melaksanakan Tawaf perdana kami di Masjidil Haram. Waktu itu, saya dan kakak harus berpisah, karena kondisi kaki kakak yang dikhawatirkan tidak mampu melakukan Tawaf dan sai' maka sedari di Madinah saya mendaftarkan dirinya untuk menggunakan kursi dorong untuk Tawaf dan sai', walau sempat bersitegang karena dia keukeuh mau melaksanakan sendiri, namun saya yang memang tipe terlihat santai tapi tingkat khawatir nomor wahid, saya memakai alasan "kalo kamu sayang sama saya, dan mau kita sama-sama fokus ibadah, saya mohon kamu mau pakai kursi dorong, saya tidak mau lihat kamu ditengah ibadah konsentrasi semua orang terganggu karena kondisimu, kalo saja kakimu normal tidak sakit seperti sekarang saya tidak akan meminta hal seperti ini, kalo nanti kamu ada apa-apa yang bertanggung jawab sepenuhnya atas dirimu adalah saya, kamu dititip oleh bapak untuk saya jaga, walau saya adalah adik, tapi itu adalah amanah yang saya harus laksanakan" dengan mata yang berkaca-kaca menahan untuk tidak sampai jatuh. Alhamdulillah manut dia, walau saya tahu dia sebel saya berkata begitu, ya tak ada yang tahu rencana Allah, saya hanya berusaha menjaga sesuai amanah yang dititip oleh bapak dan keluarga.

Kami pun bersiap pergi, kakak pergi duluan beserta jemaah yang menggunakan kursi dorong juga, semoga kakak mendapat muttawif yang baik, Aaamiiin. Oh iya, sampai sekarang muttawif yang bimbing kakak kita tetap contact an loh, mejaga silaturahmi tentu saja 👧.

Memasuki halaman Masjidil Haram, kembali hati seakan damai, beban yang masih melimpir sepanjang perjalanan hilang seketika, mencoba nahan rasa ingin nangis tak percaya saya berada di Masjidil Haram, yang selama ini hanya bisa saya liat di tivi, foto-foto teman yang pernah umroh, cerita mama ketika Umroh dan Haji.

Kami pun mulai melaksanakan Tawaf, dibimbing sang Ustaz yang masih tetap susah liat senyumnya hehehe. Stelah tawaf 7x depan Ka'bah, saking fokusnya ternyata pipiku basah oleh air mata yang jatuh tanpa saya sadari. Kami pun bersiap untuk Sai' di bukit Safa dan Marwah. Memulai Sai' dan tetap dibimbing oleh sang Ustaz, Ya Allah, inikah Safa & Marwah yang terkenal itu? Inilah bukit di mana Ummi Sitti Hajar berlari sebanyak 7x untuk mencari air untuk sang Ismail, bayi mungil yang ditinggalkan berdua bersama ibunya oleh ayahnya Ibrahim oleh perintah Allah. Yang akhirnya dalam keputus asaan Ummi Sitti Hajar, Allah menggerakkan kaki mungil Ismail menghentak-hentakkan tanah tempat dia di letakkan hingga menyemburlah air yang sangat banyak. "zam-zam, zam-zam (kumpul-kumpul)" yang itulah air zam-zam yang terkenal itu. Tanpa saya sadari, saya tertinggal jauh dari rombongan, seakan saya merasakan perjalanan Ummi Sitti Hajar melewati kedua bukit ini, tetiba ada sosok yang tidak asing di samping saya berjalan mengikuti langkahku yang mulai lemah, jujur mulai capek tapi menguatkan diri karena ini tidaklah sepanas seperti sewaktu Ummi Sitti Hajar melakukan Sai'. Sosok ini tiba-tiba mengeluarkan suara berat yang kas tepat di samping telingaku, lamunanku akan perjuangan Ummi Sitti Hajar sedikit buayr, saya pun menoleh, ooh ternyata sang Ustaz mengiringi saya, dengan ekspresi wajah tetap datar namun seakan bertanya "kamu lelah?" mmmhhh dia menambah volume suaranya, mungkin agar saya bangkit dari lamunanku dan segera menyusul rombongan di depan yang sudah lumayan jauh, Ustaz Ustaz ngagetin saja batinku, akhirnya dia tetap mengiringi saya sampai Sai' sellesai, thanks Ustaz, but please senyum donk 😅.

Setelah Sai' maka semua saling berpelukan bersama keluarganya, hiks kakak saya kan ndak di sini, mencoba tenang saja, tiba-tiba kok ada yang wajahnya kayak habis nangis, eh itu kan si Ustaz, dia nangis? halah mungkin dia capek plus bahagia makanya nangis pikirku, tetiba dia menangkap pandangan saya yang lagi memperhatikannya, hadeeh tengsin hahahaha, pura-pura nunduk sajah hahahha. 

Kami pun kembali ke Hotel untuk beristirahat, tetiba sampai di depan kamar, btw, kami kembali mendapatkan kamar lantai paling atas, lantai 20 amazing buat naik lift cepat hahaha. Pintu kamar terkunci, waduh kan kunci di bawa kakak tadi, dia sudah pulang belum ya? pintu digedor2 tak ada sahutan, saya mulai parno, panik, jangan-jangan kakak saya kenapa-kenapa, mana muttawif yang membawanya, mulai mikir yang bodoh, segera saya hilangkan pikiran itu, berusaha tenang, turun ke lobi, Alhamdulillah para Ustaz2 itu masih santai di Lobi termasuk sang Ustaz si wajah serius heheh. Saya pun bertanya dengan sedikit panik "Ustaz, muttawif yang bawa kakak saya sudah pulang belum ya?", segera mereka merespon "oh sudah, ada apa?", "kakak saya kok ndak ada ya?" kataku nahan air mata, kalo kakakku hilang gimana? sumpah parno banget waktu itu. "mungkin dia sudah di kamar tidur, sudah ketok kamarnya?" tanya salah satu ustaz, "sudah ustaz, tapi tidak ada jawaban" kataku. "gini, kamu kembali ke atas, coba ketuk lagi, kalo sampai jam 11 tidak terjawab kamu kembali ke sini, kami menunggu di sini" kata salah satu Ustaz dan di iyakan oleh yang lain termasuk si dia yang masih berwajah serius melihati saya yang sudah mulai parno dan lelah, aah seandainya kamu senyum dikit saja kan adem, ini kok malah ngasih wajah datar kayak saya anak hilang nyari induknya, waduuuuh saya mikir apa? dan saya pun kembali ke lantai 20. Setelah lama main gedor2 pintu, Alhamdulillah ternyata kakak tertidur nyenyak di dalam, dan tepat jam 11 sesuai perkiraan sang Ustaz2 itu...aplouse untuk mereka termasuk Ustaz kami yang masih tetap susah senyum hehehehe. 

22 Mei 2017 (24 Sya'ban 1438 H)

Masih di Mekkah dengan rutinitas yang sama sesuai schedule dari travel, ke Masjidil Haram, sholat di sana, belanja di area mesjid (eeh bukan masuk schedule travel hihi)

23 Mei 2017 (25 Sya'ban 1438 H) 

Schedule hari ini, kami akan mengunjungi Jabal Rahma (bukit Rahma) tempat pertemuan Nabi Adam dan Ummi Hawa setelah berpisah selama 200 tahun lamanya (huaaaa 200 tahun, sehari saja kangennya sudah bertubi2 ---- kangen karo sopo Na!!! kan loe Jomblo hahahha). Konon Jabal Rahma ini banyak menyakini bahwa kalau kita berdoa minta jodoh bakal di hijabah sama gusti Allah (ya Allah semoga jodohku pun sudah dekat Aaaamiin 😇).

Rombongan kami pun berangkat tour ke Jabal Rahma, Padang Arafah, Mina dan tempat lempar Jumroh (walau hanya lewatin saja sih, semoga bisa melaksanakan ibadah haji juga deh aaamiiin).

Di Jabal Rahma sang Ustaz membimbing kami berdoa menghadap ke Ka'bah tentunya bukan ke Jabal Rahma ya ingat itu!!! hehehe, jujur saat ustaz melafazkan doa, suarang tidak terdengar jelas, jadi ambil langkah pasti, berdoa sendiri, berbicara dari hati ke Maha Pencipta, ke Maha Rahim. Setelah berdoa, ritunitas berikutnya foto2 tentu saja, walau jujur foto wajahku sendiri banyak yang tidak sesuai harapan dikarenakan kakak perempuan satu2nya itu tak punya bakat seperti adeknya yaitu motret hahahha. Dikit kesel, akhirnya berusaha selfie sendiri hahaha. Lagi asyik motret, kakak memanggil dari jauh, berjalan bersama Ustaz, eeeh opo iki???. "Beri kamera mu sama Ustaz, biar dia yang foto kamu" kata kakak, "eeeh serius nih ustaz mau fotoin? kan dia manusia kaku dan super serius selama beberapa hari ini" batinku, tapi sudahlah toh dia mau bantu artinya dia hanya terlihat kaku di luar, di dalam aku yakin dia orang yang sangat lembut, mungkin kekakuan nya, keseriusannya hanyalah bentuk dia mempertahankan kehidupannya yang jauh dari Tanah Air (cieeeh analisis banget guweeh😂). Akhirnya saya puas dengan foto yang di ambil...aplouse buat Ustaz yeaaa yeaaa, tenkyu Ustaz and dia tersenyum...Alhamdulillah hehehe. Dan Ustaz pun sedikit berbisik "kalo mau buang air kecil, dekat bus ada toilet, nanti sekalian wudhu di situ, karena di mesjid yang nanti nya akan ambil miqat itu airnya susah dan kurang bersih toiletnya", dikit kaget dia menghadapkan wajahnya begitu dekat sambil berbisik begitu, dengan wajah polos mematuhi apa yang dia katakan, walau jantung ntah mengapa dug dug mulu...mungkin saya kaget saja hahahha.

Setelah 15 menit sesuai waktu yang ditentukan oleh sang Ustaz yang senyumnya syusyeh, kami pun beranjak kembali ke Bus, and ternyata musti molor lagi karena ada seorang Jemaah yang belum kebali ke Bus, Ya Allah, musti bapak itu lagi. Iya ada seorang bapak yang bener2 menguji kesabaran kami dan kesabaran Ustaz. Banyak sudah Jemaah yang mengeluh karena bapak ini sering telat, untung dapat Ustaz sabar ndak banyak omong walau mungkn dia dikit kesel kalo ada yang bandel, dengan sabar dia pun kembali ke Jabal Rahma dan mencari bapak itu hufff bosen di atas bus....akhirnya kembali mengeluarkan kamera andalan, coba motret dari atas Bus. Tiba-tiba lensa kamera menangkap sebuah object yang beberapa hari ini membuat saya penasaran dengan dirinya, yeaah sang Ustaz yang awalnya senyumnya syusyeh namun melunak beberapa waktu tertentu, potret aah, ntar kirimkan ke dia buat kenangan hehehe (maaf ya ustaz, saya candid kamu).


Setelah hampir 20 menit menunggu, sang Ustaz pun kembali, dengan wajah sedikit di tekuk, mungkin kesel dia ndak menemukan bapak itu, padahal bapak itu sudah kembali 10 menit yang lalu, saya juga beberapa kali menghubungi hapenya tapi ndak digubris, ya sudah, padahal hape ditangannya hufff ustaz ustaz piye to!!!

Kami pun melanjutkan perjalan kami untuk ambil miqat di salah satu mesjid (lupa nama mesjidnya hehehe). Setelah Ba'da Dzuhur kami pun kembali melaksanakan tawaf dan Sa'i. Dan saat Sa'i, saya dan kakak ketinggalan rombongan, dikarenakan kaki kakak yang belum mampu berjalan lama namun dia memaksa untuk ikut Sai'. Akhirnya berusaha menyelesaikan Sai' berdua walua jujur konsentrasi pecah karena memikirkan kami berdua ketinggalan rombongan, gimana kalo kakak tiba-tiba jatuh pingsan, "Ya Allah hanya kepadaMu hamba memohon, mampukan kami menyelesaikan Sai' ini dan hamba mohon semoga Ustaz mau menunggu kami berdua dan memafkan keterlambatan kami, aamiiin" Doa dalam hati memohon kekuatan. Terpikir, kami jauh dari rumah, tanpa bapak, kakak-kakak laki2 ku, mama yang sudah berpulang, om yang telah berpulang menyusul mama, tante di sebagai ganti mama, kakak-kakak sepupu, adik-adik sepupu, ponakan2, semua terasa memberi kekuatan dari jauh, seakan merasakan keletihan dan rintihan hati ini. Ya Allah, Engkau Maha Besar, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. 

Menjelang Ashar, Sa'i kami selesai, Alhamdulillah, mata masih celingak celinguk mencari sosok yang saya butuhkan dia di sini, iya sosok seseorang yang senyumnya baru kudapatkan dua kali, iya sang Ustaz, dimana dia? Akankah dia mau menunggu kami? Ah, sudahlah rasa putus asa menyelimuti saat tidak kutemukan dirinya, Ya Allah beri kami bantuan, sekecil apapun itu, batinku.

Tiba-tiba seorang ibu menghampiri, "Nak, kami ketinggalan rombongan, kamu dari travel ******* kan?" tanya nya, "iya, bu, ibu rombongan kelompok apa?" tanyaku, menghilangkan sedikit kekhawatiranku. "Saya, rombongan G, rombonganku ntah di mana, suami saya sakitnya kambuh" katanya, Ya Allah jika ini pertolonganMu, maka berilah hamba solusi untuk bisa kembali ke Hotel. Akhinya, saya berusaha membantu ibu itu dan suaminya menemukan rombongannya, Alhamdulillah ketemu, akhirnya mencoba berusaha menghubungi hape Ustaz yang tak kunjung dia angkat, rasa sedih, sedikit kesal, Ya Allah nih orang gitu amat yak, batinku lagi. Tibalah sholat Ashar, kami pun akan melaksanakan sholat, tetiba datang seorang ibu yang badannya gede, sambil bertanya pada dua cewek di sampingku "Ashar? Ashar?" dengan muka galak tapi nampak bingung, kedua cewek ini bengong dan mengacuhkan sang Ibu itu, dia pun masih berusaha menanyai beberapa Jemaah namun semua hanya memasang muka bengong. Akhirnya, kuberanikan diri dengan kemampuan bahasa English walau yakin ibu ini pun Englisnya sama saja dengan bahasa Inggis kakak (hahaha). "Mama, now its Ashar Salah" kataku sambil berusaha memberikan bahasa tubuh (bahasa yang saya gunakan jika ada seorang siswa imigranku yang tidak mengerti bahasa Inggris dan Indonesia). "Ashar, 4 (mengangkat jarinya) 2 (mengangkat jarinya lagi), okay fine saya mengerti maksudnya, "Mama, Ashar Salah 4 (saya mengangkat jari)", "oh ya ya" sambil menepuk pundakku. Iman depan Ka'bah mengumandangkan qamat, bersiap sholat, sang ibu mengambil posisi namun tak ada yang berani mendekati, akhirnya saya menarik tangan 2 cewek tadi untuk menyempurnakan saff sang Ibu. 

Setelah Sholat Ashar, tetiba hape berbunyi, oh Ustaz nelpon "Ustaz, kamu di mana? halo halo" putus huff, Ya Allah mohon petunjukMu, sambil pamitan dengan ibu tadi dan rombongan ibu bersama suaminya akan melanjutkan Sai' mereka. Ibu yang ternyata berasal dari Turki itu pun tiba-tiba memberi pelukan dan berkata "thank you" dan seraya memberi berkata sesuatu dalam bahasa Turki, ntah artinya apa, semoga itu adalah doa yang baik, aaamiiin. Saya dan kakak pun melanjutkan perjalanan mencari jalan keluar sambil mengingat jalan dan tanda untuk kembali ke Hotel sesuai petunjuk Ustaz awal tiba di Mekkah, pasrah kan diri dalam kekalutan, dan sedikit rasa takut hilang arah, semoga tidak. 

Sambil berjalan pelan saya pun mengirim pesan ke Ustaz "Ustaz, kami keputus sama rombongan, kami bergabung dengan kelompok G", tetiba telpon Ustaz masuk namun yang berbicara adalah teman kakak "Ina, kamu di mana? kamu sama Anti baik2 saja? Ini saya sama Ustaz, menunggu di lampu hijau dengat Safa" katanya. Ya Allah senangnya mendengar suara teman kakak, mereka menunggu kami, but wait, dari tadi kami jalan ini Safa atau Marwah...gubraaak!!!! 

Melihat petunjuk papan...eeeh ternyata kami sudah di Marwah, padahal kan tadi sholat Ashar di Safa. Ya Allah, mohon beri petunjukMu lagi, pengen nangis, tambah pengen nangis melihat kakak sudah tampak lelah namun tetap diam mengikuti langkahku, pengen rasanya menggendongnya seandainya tubuh ini jauh lebih besar darinya. Rasa putus asa pun menyelimuti kembali, berpasrah diri, kembali hape ustaz tak bisa dihubungi, karena merasa tidak enak kami akan ditunggu lama akhirmya mengirim pesan lagi ke Ustaz "Saya pulang sendiri saja, Sekarang kami malah di Marwah", balasan datang "Kami di lampu hijau yang menuju ke Safa", "okay kalo bisa tunggu" balasku, selang 3 menit pesan dari Ustaz datang lagi "masih lama to", dikit sebel, ikh baru juga 3 menit, akhirnya balas dengan cara mengirimkan gambar tempat kami masih berjalan "masih, kakak tidak bisa jalan cepat, tunjukkan saja jalan ke pintu mana kalo sudah sampai di safa". Balasan dtang dengan gambar pula, zong!!! masih lumayan jauh untuk ukuran kakak nih, batinku, tiba2 ada pesan suara masuk "kami dibawah lampu hijau sebelah kanan Safa" suara serak itu berbicara. Alhamdulillah ketemu mereka juga, capek bercampur dikit sebel sama diri sendiri sih hahaha, duduk samping Ustaz, "Sai' nya cukup?" tanyanya, "Iya Ustaz, saya haus" jawabku, "good job, sana ambil minum" katanya, ikh ndak berperasaan amat nih manusia satu, ambilin kek #eeeh saya kan capek hahaha. Dan kami pun kembali ke Hotel utnuk istirahat.

Oh, iya, sebelum ke Jabal Rahma, benarnya saya jatuh depan lift, karena baterei kamera ketinggalan di kamar, padahal mau motret Masjidil Haram dari jendela Hotel, jatuhnya parah seakan tubuh kelempar ke arah lift yang terbuka, gagang kaca mata bengkok kena tembok pinggiran lift, pelipis dan samping leher terasa dipukul masuk ke tembok tersebut. Beberapa orang yang dalam lift berteriak, yang saya ingat hanya "mama", seakan kekuatan berusaha bangkit diantara kesakitan, kembali ke kamar di mana kakak dan temannya berada di restoran saat itu. Di kamar menangis memohon ampun, mungkin hal tadi adalah hukuman dari dosa yang tanpa sengaja saya buat.
 
 24 Mei 2017 (26 Sya'ban 1438 H)

Schedule hari ini akan ke peternakan Onta, wuiiih bisa selfi sama hewan yang hanya bisa saya lihat di buku dan tivi waktu kecil. Sayang, Ustaz tidak ikut mengikuti rombongan kami, karena ini tour di luar schedule Travel. Ikh Ustaz tahu gitu ndak usah ikut, ogah dibimbing sama Ustaz lain, sudah nyaman sama Ustaz ini walau senyumnya susah tapi sudah bisa baca pikirannya (hahaha dasar Ina, susah move on). Pulang tour yang lain pada melaksanakan tawaf & Sai' lagi, tapi alasan yang akan bimbing bukan Ustaz yang senyumnya baru lihat 2 kali hahaha, so ndak niat miqat. Pulang ke hotel saja istirahat. Tetiba lagi santai eh pesan Ustaz masuk "lantai berapa?", ha aaah? apaan sih naya-nanya lantai berapa, ikh aneh, eeh tunggu tadikan sawa kirimkan dia pesan...aaah bego "Lt. 20, tapi sekarang lagi di mesjid mau magrib dulu". Setelah pulang ke Hotel kirim pesan dulu sebelum lupa hahah 
"Saya sudah di hotel" terkirim, 
"ok" terbalas, 
"ketemu di mana?" terkirim,
"di loby" terbalas
"ok, saya turun" terkirim

Sampai di loby, celingak celinguk depan lift nyari penampakan wajahnya, tiba-tiba "suuuit suuuit di sini" ada siulan kayak manggil burung, hahaha ternyata dia duduk di sana sedari tadi liatin saya celingak celinguk....uaseeeeem hahaha, eeeh wait dia tersenyum...asyiiiik 3x yeaaah (apa sih).

"Nih qur'an pesananmu" menyerahkan qur'an pesanan buat ponakan
"Taz, tuliskan namanya dengan tulisan Arab" kataku meminta
"Namanya siapa?" mengambil kembali qur'an itu
"namanya S****** binti Husain" kataku
dia menoleh...seakan aku salah sebut nama
"nama bapaknya Husain?" tanyanya
"benarnya nama bapaknya Sy*****, tapi ngambil nama kakek dari bapak" jawabku
"ooh, harusnya S******* binti S***** Husain" sambil menulis nama itu
"makasih ustaz" kataku sambil mengambil qur'an dari tangannya
"ketemu tadi sama Onta?" tanyanya
hahahah asem, nanya apa kek nanya sudah ketemu Onta atau belum
"iya, tadi sempat selfi malah sama onta" senyum-senyum pamer gigi (nyengir)
"kenapa ndak siap buat tawaf dan Sai', kalo sudah niat trus ndak lakukan kamu bayar denda loh? "tanyanya menyelidik, wajah mulai serius lagi mmmhhhh
"ndak niat kok, taz, tadinya sih iya, mau tapi pas tahu bukan ustaz yang bakal bimbing mutusin sama kakak ndak ikut, lagian kakak butuh istirahat setelah kemarin maksain ikut sai' tanpa roda, saya juga mau ngumpulin tenaga" jawabku
"ooh, iya, maaf tadi mau temuin saudara yang mau pulang ke Indonesia" jawabnya
"iya Ustaz, ndak apa2" kasih senyum manis (semoga wajah seriusnya ilang)
"sudah icip susu onta" tanyanya sambil tertawa tipis (Alhamdulillah)
"iya sudah hehehe" senyum, senyum karena lihat wajahnya tidak serius lagi
"enak?" tanyanya, melirik sambil senyum tipis (Ya Allah ini makhluk Mu yang satu malu2 atau apa sih?)
"hehe iya rasanya kayak minum air saja, sudah pernah coba Taz?" tanyaku
dan cuma di kasih cengiran kecil....sebel sih cuma sudahlah dasar aneh batinku hahaha. Dan saya pun pamit kembali ke kamar.


25 Mei 2017 (27 Sya'ban 1438 H)
 
The last day in Haramain, besok malam kami akan kembali ke Tanah air, perasaan bercampur aduk, ada rasa kangen berkumpul bersama keluarga, namun ada rasa enggan pulang karena rasa yang saya rasakan beberapa hari ini begitu dekat denganNya, beban yang dulu begitu banyak terasa hilang terbawa arus kedekatan denganNya.

Setelah Sholat Subuh, saya izin untuk tawaf sendiri sama kakak, dia mengiyakan, walau jujur pengen banget bareng dia buat tawaf, tapi dia hanya bilang "kamu saja sendiri, saya mau dhuha saja dan itikaf", "kakak jangan pindah dari tempat ini ya" kataku rada khawatir meninggalkan dia sendiri, "iya, pergilah" jawabnya.

Melakukan tawaf sendiri serasa begitu dekat denganNya, tanpa sadar air mata yang selama ini saya sembunyikan dibalik ketengaranku pecah, Ya Allah, ini tawaf pertama ku sendiri, jika Engkau berkenang, izinkan hamba menyentuh Maqom Nabi Ibrahim, Hijir Ismail, dan Ka'bah nan suci. Tetiba putaran ke 3 ada yang mendorong tubuh kecil ini hingga tangan berpegang ke sebuah benda, yah benda itu adalah Maqom Nabi Ibrahim, Alhamdulillah, puji syukur kehadiratMu ya Allah, air mata seakan tak berhenti mengalir di pipi. Masih berusaha memutari Ka'bah dengan rombongan orang-orang yang bertubuh besar masuk dengan wirid yang saya selalu baca "La ilaha illah anta subuhanaka inni kutum mina zolimin", putaran demi putaran saya lewati dengan mudah dan serasa lapang, saat putaran ke 5, tubuh kecil ini kembali terdorong oleh seorang nenek sambil berseru memakai bahasa India, hingga tubuh ini tersandar di suatu tembok dingin, seorang bapak tua memengang tangan ini dan menempelkan tangan ini di tembok tersebut, Ya Allah, ini kah Hijir Ismail, Alhamdulillah wa syukurillah. Kembali berputar dan berdoa, berwirid, memasuki putaran ke 7 tetiba rombongan pria besar mendekat dan seakan mendorong masuk tubuh ini ke belakang Ka'bah, hampir jatuh, hingga seorang pria mengimbangi tubuh ini dan mendorong saya untuk menyentuh kain kiswah belakang Ka'bah, Ya Allah Alhamdulillahi rabbil alamin, doaku sebelum memulai tawaf semua Engkau kabulkan dengan caraMu sendiri, dengan cara yang mungkin terasa tidak nyaman namun akhirnya begitu indah. Alhamdulillah, selesai lah tawaf ku, sholat dua rakaat seraya bersyukur atas nikmatNya yang begitu banyak diberikan namun kadang kita sombong akan hal itu.

Setelah makan siang, kami beristirahat untuk persiapan tawaf wada sebentar malam. Setelah tidur sejenak, rasanya tubuh butuh mandi (saya rajin kok mandinya hahah), kebiasaan kalo mandi itu nyanyi tapi di sana kebiasaan itu hilang, hanya sekedar melantungkan ayat qur'an yang terngiang di kepala. Tiba-tiba dari luar "Ina, Ustaz datang cari kamu" suara teman kakak, "apa? tunggu lagi mandi?" jawabku, eeeh ngapain Ustaz sampai nyari saya sampai bela-belain ke lantai kamarku yang paling akhir yang lift nya suseh banget dapatnya kayak senyum dia hahahha, perasaan ndak janjian deh, tumben, kangen kali ya hahaha *halah apaan sih*. "Ina buruan, ustaz nungguin tuh" kata teman kakak lagi, "iya kak, sabar, nih dah kelar" balas dari dalam kamar mandi, wudhu dulu donk biar adem nih wajah yang penuh tanda tanya ngapain Ustaz nyari saya, hahaha. Kelar, akhirnya saya menemui tamu tak terduga saya, tamu agung yang senyumnya begitu susahnya di dapat, saking susahnya pernah taruhan sama teman kakak, kalo saya mampu membuat Ustaz tertawa di depannya, maka saya akan ditraktir Ice cream dekat toilet 3 Masjidil Haram, Ya Allah maafkan, maaf Ustaz, saya menang hehehe.

Pas keluar kamar, eeh si Ustaz tersenyum, horeeeee sudah banyak dapat senyumnya, kalo permainan karambol, saya sudah mengumpulkan banyak koin hahaha. Mempersilahkan dia duduk di kursi depan kamar, "iya Ustaz, ada apa?" tanyaku, "ini Al-qur'an, pesanan kamu semalam" katanya sambil menyerahkan sebuah Al-qur'an hijau, oh iya semalam kan saya minta buat dibelikan lagi untuk saya sendiri. Setelah menerima Al-qur'an itu, saya pun meminta dia menuliskan namaku di qur'an tersebut, sebagai kenang2an kataku.

Kembali dia menyerahkan qur'an itu, dia berkata 
"manfaatkan sebaik2nya, harus khayam ya", 
"hehe ndak janji Ustaz" jawabku sambil nyengir, 
"paksain khatam, umur tidak ada yang tahu, kapan kita akan kembali kepadaNya, saya saja bisa khatam 3 kali sebulan" katanya senyum dikit mengejekku
"iya Ustaz, saya usahkan, walau saya kerjanya banyak" masih ngeles, dasar malas
"bagi waktumu, kalo ndak bisa sehari satu juz, sehari bisa sampai 3 ayat yang penting kamu selalu ingat ini pegangan kita di sana nanti" katanya mulai berwajah serius lagi
"iya Ustaz, saya akan usahakan" jawabku, 

Ya Allah, hatiku berdegub kencang tak beraturan, Pria ini beda dari pria-pria yang selama ini aku kenal, bolehkan pria di hadapanku ini menjadi jodohku, aku dengan senang hati menerimanya, walau wajahnya selalu serius, senyum susah, ada kelembutan di dalam dirinya, kehangatan kata-katanya yang menggugah hati ini yang lama beku bahkan hampir meninggalkanMu karena nafsu dunia. batinku tanpa sadar menatap dia seakan Allah mengirimkanku sebuah hadiah yang merubah kekerasan hati selama ini.

Dia tersenyum lebar, senyuman yang paling aku tunggu untuk dapat kulihat, senyuman yang selama ini bersembunyi di balik wajah seriusnya, Ya Allah hatiku tambah berdegub kencang, jatuh cinta kah hamba kepada dirinya? Ya mungkin "Aku telah jatuh cinta karena agama ini, agama yang mengajarkan banyak hal dalam hidup" batinku, hingga tersadar, Ashar sudah hampir masuk, membuyarkan diam kami.

"maaf Ustaz, saya pamit mau siap ashar di Mesjid" kataku membuyarkan diamnya
"oh, iya, ingat ya, harus khatam" dengan senyum sedikit menggoda #hadeeh

Dan dia masih duduk ditempatnya sambil memperhatikan saya masuk kembali ke kamar, waduuh bego, kenapa saya ndak bilang bareng ke mesjid saja, pas mau kelur terdengar suara bunyi pintu lift, yaah dia sudah pergi, dan kata-katanya tadi masih terngiang sampai saat saya menulis kisah perjalanan ini.


Malamnya setelah Ba'da Isya, kami pun melakukan tawaf wada', atau tawaf perpisahan, ketika tawaf ini telah di laksanakan, kita tak boleh kembali ke masjidil haram, kecuali kita kembali melakukan miqat lagi, mengulang dari awal. Malam yang melelahkan namun suatu pengalaman tersendiri dari segala hari yang saya lalui selama di Haramain.


26 Mei 2017 (28 Sya'ban 1438 H)

Hari kepulangan, jujur ada rasa sedikit kecewa, karena tidak bisa melaksanakan 1 Syawal di tanah Haramain ini. Yah apa mau di kata, kami di atur oleh pihak travel hufff.

Sedari jam 6 pagi kami berkumpul buat check out dari hotel, eeeh kunci kamar kasih ke siapa ya? celingak celinguk nyari si Ustaz, hu uh belum nongol juga, bosan duduk di sofa lobi, saya pun coba jalan keluar buat hirup udara Mekkah hari terakhirku, dikit melamun memangdang masjidil Haram dari jauh, semoga bisa kembali ke sini lagi Ya Allah, batinku. Tetiba ada bau asap rokok, eeh siapa yang merokok, ndak tau apa rokok itu ndak bagus buat kesehatan yang mengisap apalagi yang menghirup asapnya, dikit sebel, ternyata yang merokok di samping aku, sosok yang dari tadi saya cari, "Ustaz" sapaku, kanget atau apa spontan mematikan rokoknya yang masih panjang hahahah. "ini kunci kamar ku, titip sama kamu ya" kataku, "oh iya" dia mengambil dari tanganku, "hayuuk masuk, ngapain di sini" katanya ngajak masuk ke lobi. Hu uh Ustaz pagi2 sudah buyarkan lamunanku tentang Haramain oleh asap rokoknya, malah di ajakin masuk lobi, padahal masih mau liatin orang lalu lalang, dasar Ustaz, takutnya nanti jemaahmu yang paling manis ini ada yang nyulik....hahhahah *khayalan ngaco*

Pukul 7 akhirnya bus kami berangkat ke Jeddah, seperti awal datang duduk ditempat yang sama, sudah terbiasa mendengar suara parau sang Ustaz yang senyumnya syusyeh itu hahaha.

Pukul 10 kami tiba di Jeddah, mampir ke "Ali Murah" yang terkenal dengan murahnya harga barangnya, benarnya sih sama saja harganya baik di Madinah maupun di Mekkah hahahha. Mencoba "bakso mas doel" hasil promosi Ustaz, kami ke sana buat makan, loh Ustaz mana ya? padahal mau tak ajakin makan bakso malah ngilang, kan mayan dia kenyang karena promosiin bakso ke kami hahahha.

Setelah Sholat Jumat dan Dhuzur jamak Ashar di mesjid dekat Ali murah, kami pun melanjutkan perjalanan ke Mesjid terapung yang terkenal itu, sambil menikmati makan siang. Setelah foto2, dan ngadem, tibalah saatnya kami kembali ke Bus untuk menuju ke King Abdul Azis Airport International yang nantinya akan bertolak kembali ke Indonesia....hiaaaa sedihnya. Tetiba, Ustaz mengambil mikrofon andalannya, mengumumkan sesuatu yang ternyata beda dari pembicaraan singkat saya semalam dengannya "pembicaraan ini rahasia kami" hahahha *ndak becanda*. Karena prosedur dari travel, dia tidak bisa mengantar kami smapai ke dalam airport....ya ampun apa-apaan sih aturan itu, kan kami belum puas bersama #eeeh hahahha, dan Ustaz pun menyampaikan isi hatinya kepada kami *cieee* dan waiit suaranya bergetar menahan sedih, ya Allah kenapa begitu singkat pertemuan ini, padalah saya sudah mulai merasa dekat dengannya, bisa mengambil hatinya perlahan buat menjalin pertemanan.

Akhirnya kami pun dilepas dengan suasana yang haru, Ya Allah, jikalau Engkau berkehendak pertemukanlah hamba dengan dirinya lagi, yah hamba akui di hadapanMu, Karena AgamaMu yang membuatku jatuh cinta padamu

Selamat tinggal Ustaz, sampai ketemu lagi, semoga Allah bisa mempertemukan kita lagi, semoga perjalananku di Haramain ini bisa mengubah diriku yang acuh tak acuh kepadaNya, kembali begitu dekat denganNya, terima kasih untuk nasihat kecilmu yang membuatku tersadar bahwa hidup hanya sementara, hidup ini tempat mengumpulkan bekal diperjalanan akhir kita nanti.

Semoga yang membaca ini terhibur dan bisa memberikan manfaat, yah walau ceritanya banyak kekenyolan saya sendiri hehehe.

Mohon maaf kepada Ustaz jikalau ada salah pemikiran saya tentang sifat dan sikap kamu selama di Haramain, tapi ini lah kisah yang saya rasakan, yang saya jalani selama di Haramain. Semoga Allah memanggil saya kembali ke Tanah Suci Mekkah. Aaamiiin

wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatu


NB : tulisan ini kupersembahkan untuk semua yang saya sayangi 

by

Nur Syamsina binti Saleh Husain a.k.a Ina miss sunshine always be shine hehehe